Untuk kali ke enam aku kembali berkunjung ke Padang akhir Bulan Juli lalu (28-31 Juli 2015). Masih sama, untuk keperluan membantu mengisi diklat di Badan Diklat Provinsi Sumatera Barat. Di artikel sebelumnya saya sudah bahas tentang pelatihan. Nah di artikel ini saya akan kupas tentang perjalanan saya selama di Padang. 

Lontong Stengkel1
Stengkel
Lontong Stengkel2
Lontong

Kalo ceita soal Padang, hal yang paling mudah untuk saya ingat adalah makanannya. Masakan Padang sudah sangat melegenda di jagad kuliner nusantara. Saya paling suka dengan masakan Ikan Asam Padeh (ikan asam pedas). Makanan ini mirip seperti Arsik yang dibuat oleh masyarakat Batak. Selain itu, kalo sudah di Padang wajib hukumnya bagi saya untuk menyantap Sate Padang, wuenaaa’eeee.

Nah, di sela-sela kegiatan diklat selama tiga hari, saya bersama Om Indriyatno dan rekan-rekan dari Relawan TIK Sumbar malam harinya menyempatkan diri untuk menikmati malam di Kota Padang sambil menyantap kuliner. Oke, tempat pertama kami adalah Kawasan Kuliner Kinol Pondok untuk menyantap Sate Padang. Malam itu diajak oleh Bang Yos DKK ke Kopmil Om Ping. Di sini kami menikmati segelas Kopmil atau Kopi yang dipadu dengan susu Milo. Rasane mantap. Harga Kopmil juga terjangkau kok ada. Ada pemandangan unik di sini. Pada saat itu yang nongkrong mayoritas cowok, haha. Bukan itu ding, uniknya adalah cara membungkus pesanan Kopmil. Pramusaji membungkusnya dengan plastik bening dan ditali dengan karet. Cara mengaitkan karetnya itulah yang unik sampai bunyi, “cetok-cetok.” Selidik punya selidik ternyata butuh teknik tersendiri dan untuk melatihnya butuh satu bulan hingga mahir. Habis ngopi kembali ke hotel untuk istirahat.

Lontong Stengkel3
Suasana Makan

Malam kedua, kami merapat ke Pujasera Taman Puri. Di sinilah kami menemukan kuliner aneh bernama Stengkel. Stengkel merupakan salah satu bagian kaki sapi atau kerbau. Stengkel ini dipasangkan dengan sepiring lontong maka jadilah Lontong Stengkel. Awalnya saya mengira bahwa hidangan Stengkel cukup untuk beberapa orang per porsinya. Seporsi Stengkel yang besar-besar terlihat dan wah tersebut dapat saya habiskan sendiri, hihi maruk deh. Sepiring Stengkel, yang bisa termakan dari hanya sekitar 5-10 persen saja. Sisanya tulaaaaaaaaang kawan hehe. Saking menikmatinya, saya makan sambil merem-melek dan dengan mulut beleporan, #ngawag yah. Rasanya enak.

Harga makanan ini juga tidak mahal. Sepiring lontong ditambah dengan satu prosi Stengkel (piring) harganya cuma Rp 13.000. Murah tur enak.

Pada malam berikutnya Bang Yos dkk mengajak untuk menikmati durian. Saya pikir pada kuat-kuat makan durian eh ternyata pada nahan diri. Saya dan Bang Dedetlah yang menghabiskan durian tersebut. Selama di Padang, Bang Yos, Bang Dedet dan Bang Syaflan senantiasa menemani. Thanks yah kawan-kawan.