massolpanjava-ngawag-kartu flazz (1)
Kartu Flazz punya saya, hehe

Sudah lama tidak muter-muter Jakarta dengan kemacetannya. Sudah lama juga saya tidak bergelantungan di dalam bus Trans Jakarta atau berpanas-panasan naik Metromini. Gak jauh beda sih, macet dan panas masih sama, gelantungan capek juga iya. Itulah sedikit kata-kata keluhan yang mungkin dirasakan banyak warga Jakarta (ngaku-ngaku ceritane). Itu pulalah yang saya rasakan seharian tadi, Jumat (04/09/2015)

Saya akan menceritakan kisah perjalanan sehari menghabiskan lebih dari Rp 100.000 untuk bolak balik dari Jababeka Cikarang hingga Jakarta dan kembali lagi ke Jababeka. Untung saja ongkosnya diganti kantor, hehe #Ngawag.

Pagi-pagi saya sudah digelisahkan dengan bangun kesiangan. Niat semula hendak naik kereta dari Lemah Abang tujuan Kota pukul 06:02 WIB harus mundur dan ambil jadwal 06:50 WIB. Tambah gelisah setelah setiba di loket penjualan tiket kereta Stasiun Lemah Abang, malah tutup. Saya tanyakan kepada petugas dia bilang tiket habis, what????  Saya coba menanyakan ke beberapa calon penumpang. Beberapa diantara mereka memang bernasib sama, tak kebagian tiket. Alhasil kami golongan penumpang gelap pun turut naik sesaat setelah Kereta Api jurusan Purwakarta-Kota itu berhenti di Stasiun Lemah Abang.  Di dalam kereta ternyata tidak ada pemeriksaan. Tampang wajah seperti saya adalah golongan orang yang susah untuk mengelak, kalaupun nanti ketahuan saya sudah siap-siap ngaku kalau tidak menggunakan tiket. Ga diperiksa ya beneran.

Cerita akan lain jika saya turun di Stasiun Kemayoran yang terbuka. Cerita akhirnya sesuai perkiraan saya tatkala di pemberhentian terakhir Stasiun Kota saya turun. Saya coba memperhatikan penumpang yang keluar area. Mereka terlihat memberikan tiket ke petugas yang berada di pintu keluar area baik di bagian kanan atau kiri. Berhubung saya tak memiliki tiket maka saya langsung menghampiri petugas dan mengatakan apa yang sebenarnya. Petugas masih sibuk meminta tiket penumpang lain dan hanya mengatakan kenapa tidak pakai tiket kepada saya. Aha, saya lihat ada beberapa orang menggunakan kartu e-Money. Saya memiliki kartu Flazz yang biasa saya gunakan untuk naik Bus Trans Jakarta. Saya langsung menunjukkan ke petugas dan mencari mesin untuk keluar masuk penumpang dengan kartu. Welah dalah, beberapa mesin yang saya coba tidak mendeteksi padahal saya masih punya saldo di kartu tersebut. Akhirnya saya menghampiri petugas lain dan minta bantuan. Setelah kembali mentok saya mengatakan yang sebenarnya jika saya naik kereta tanpa tiket. Petugas menjelaskan bahwa saya kena denda administrasi sekitar Rp 50.000, tetapi karena mau membantu saya akhirnya memberi alternatif lain dengan menyarankan saya untuk beli tiket kereta ke Bogor sebesar Rp 15.000 dan sebagai jaminan menahan kartu Flazz saya yang padahal saldonya juga tinggal Rp 12.000-an. Setelah saya beli tiket bogor berupa kartu elektronik, saya kembali ke petugas dan menempelkan kartu di mesin lalu menyerahkan tiket tersebut ke petugas. Menurut petugas kartu Flazz saya harus diaktivasi agar bisa digunakan di Stasiun, itupun harus In dan Out dulu. Sudahlah yang terpenting bisa keluar Stasiun dan dapat melanjutkan perjalanan ke Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menyampaikan surat kepada salah satu pejabat di sana.

Singkat cerita saya pulang dari Kementerian tersebut dengan naik Bus Trans Jakarta terlebih dahulu menuju ke Halte Semanggi. Saya baru menyadari bahwa Bus Trans jurusan Jakarta Blok M-Kota tidak melewati Semanggi ketika saya mendengar informasi bahwa Bus akan memasuki Halte terakhir di Blok M. #Ngawag kan? Harusnya saya turun di Halte Benhill dan naik atau keluar halte menuju Jl. Gatot Subroto untuk melanjutkan perjalanan dengan bus Mayasari Bhakti Jurusan Blok M – Jababeka (Kode 121A). Berhubung saya sudah tiba di Blok M, awalnya sih mau naik bus tersebut tetapi tidak kunjung nongol, saya akhirnya naik Bus Mayasari Bhakti jurusan Blok M – Bekasi Barat. Rencananya saya akan turun di Jatibening dan naik bus apapun yang menuju Jababeka. Hem ternyata busnya sangat langka. Saya harus menunggu hingga 30 menitan sampai akhirnya ada kendaraan minibus (Elep) yang bisa mengantarkan ke Jababeka dengan tarif Rp 10.000. Setelah itu ceritanya lancar hingga ke tempat tujuan akhir di Gedung BPPTIK Kominfo di Jalan Sekolah Hijau No. 2 Jababeka.

Sampai di sini belum nyambung juga yah dengan judul. #Ngawag, kan?

Nah pada saat naik Bus Mayasari Bhakti jurusan Blok M – Bekasi Barat, ternyata tarif yang biasanya Rp 10.000 sudah naik menjadi Rp 12.000 per 1 September 2015. Itu sesuai pengumuman yang ditempelkan di bagian depan dalam bus tersebut. Namun, penumpang masih bisa membayar dengan tarif lama dengan catatan menggunakan kartu e-Money berupa Flass yang dikeluarkan BCA. Sebuah ajakan untuk belajar menggunakan teknologi yang praktis tetapi minim sosialisasi. Di dalam bus, kondektur akan membawa alat untuk menempelkan kartu yang akan mengurangi saldo secara otomatis sesuai dengan tarif bus. Saya sebenarnya memegang kartu Flazz tetapi saya memilih untuk membayar dengan cash meski lebih mahal Rp 2.000. Jadi…intinya adalah naik bus Mayasari Bhakti sudah bisa dengan kartu Flazz bero. Sumpah aku nulis ginian tidak dibayar oleh BCA, haha. Terima kasih.